Sindrom hiperglikemi hiperosmolar nonketotik atau disebut juga dengan Hyperosmolar Hiperglycaemic State (HHS) dialami oleh orang yang mengalami kadar glukosa sangat tinggi atau penderita diabetes. Kondisi berbahaya yang dapat dipicu oleh infeksi atau penyakit lain ini lebih sering dialami penderita diabetes tipe 2, tapi juga dapat terjadi pada semua jenis diabetes, terutama orang tua.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi, dan beberapa di antaranya yang fatal yakni ketoasidosis diabetik dan hiperglikemi hiperosmolar nonketoktik. Meskipun relatif lebih jarang terjadi dibandingkan ketoasidosis diabetik, kondisi ini memiliki angka kematian yang lebih tinggi yaitu mencapai 5–10%.
Hiperglikemi hiperosmolar nonketotik dapat terjadi ketika kadar gula darah seseorang berada di atas 33 mmol/l (600 mg/dl) dalam waktu lama dan tidak ada cukup obat untuk menurunkan kadar ini. Kondisi ini juga bisa terjadi jika penggunaan obat diabetes terhenti karena gangguan menelan atau kondisi medis lain. Kondisi darurat ini lebih sering terjadi pada lansia dengan diabetes tipe 2 kronis yang rentan mengalami dehidrasi, terutama yang mengalami penurunan sensitivitas terhadap rasa haus atau gangguan menelan. Tubuh orang yang mengalami hiperglikemi hiperosmolar nonketotik akan meneruskan kelebihan gula ke urine, sehingga membuat warna urine berubah dan menjadi sering buang air kecil.
Komplikasi ini melibatkan kadar gula darah tinggi tanpa adanya keton sebagai hasil samping dari pemecahan asam lemak. Selain kadar gula darah tinggi, kondisi ini bisa memicu dehidrasi dan berkurangnya tingkat kesadaran. Terkadang situasi ini juga disertai dengan penumpukan keton, tetapi penumpukan keton umumnya terjadi pada ketoasidosis diabetik. Penumpukan keton pada ketoasidosis diabetik terjadi ketika hormon pereduksi gula sulit bekerja atau terjadi resistensi hormon pereduksi gula sehingga glukosa sebagai sumber energi utama pada sel tubuh tidak dapat dipakai. Akibatnya, tubuh menggunakan jalur alternatif untuk menghasilkan energi dengan mengolah lemak yang berujung pada produksi keton. Produksi keton yang terlampau tinggi dapat menyebabkan gangguan kesimbangan asam-basa (pH) darah yaitu ketoasidosis.
Pada hiperglikemi hiperosmolar nonketotik, kondisi utama yang menimbulkan permasalahan adalah terjadi peningkatan kekentalan dan konsentrasi zat seperti gula darah dan zat lain (hiperosmolaritas) dalam darah, karena gula darah terlalu tinggi atau tidak terkendali. Keadaan ini ditambah dengan dehidrasi akan menyebabkan air di dalam jaringan dan organ tubuh tertarik keluar menuju darah yang mengalami hiperosmolaritas, akibatnya, sel-sel tubuh akan mengalami gangguan metabolisme dan bisa menyebabkan kematian jika tidak segera diobati.
Oleh sebab itu, penderita diabetes perlu mengenali gejala hiperglikemi hiperosmolar nonketotik agar mendapat penanganan dini seperti kehausan parah, mulut kering, naiknya kadar gula darah, demam, hilangnya penglihatan, halusinasi, kulit hangat tetapi tidak berkeringat, mual, mengantuk atau pun kebingungan, turunnya berat badan, serta rasa lemas pada salah satu sisi tubuh. Jika Anda menderita diabetes dan terdapat gejala-gejala tersebut, segeralah ke dokter atau Unit Gawat Darurat (UGD) di rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan, karena kondisi ini adalah keadaan yang gawat bagi para penderita diabetes.
Kondisi ini lebih berisiko dialami oleh penderita diabetes dengan demensia, orang yang menggunakan obat-obatan terlarang, anak yang mengonsumsi kortikosteroid dalam waktu panjang, dan penderita gastroenteritis atau diare. Buruknya fungsi ginjal juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya hiperglikemi hiperosmolar nonketotik. Penggunaan obat-obatan seperti diuretik, statin, penekan sistem imun, antiaritmia, antiepilepsi, antopsikotik, antihipertensi, penghambat beta dan penghambat kanal kalsium (Calcium Channel Blockers), antagonis H2 untuk mengobati penyakit lambung, serta obat bius atau anestesi berpotensi menyebabkan kondisi ini.
Umumnya hiperglikemi hiperosmolar nonketotik dilatarbelakangi atau dipicu oleh kondisi di bawah ini:
- Diabetes yang tidak ditangani.
- Infeksi seperti pneumonia, selulitis, atau pun infeksi saluran kencing.
- Penyakit tertentu seperti stroke atau penyakit jantung.
- Penyalahgunaan obat tertentu seperti kokain, alkohol, amphetamine.
- Konsumsi obat-obatan yang meningkatkan hilangnya cairan atau yang mengurangi efek hormon pereduksi gula tubuh.
Hiperglikemi hiperosmolar nonketotik yang tidak ditangani akan membuat tubuh penderitanya merasa lemas, penglihatan terganggu, atau pun kram pada kaki, sehingga perlu beristirahat total. Akibat kondisi ini, dehidrasi dapat terjadi terutama jika pasien tidak mengonsumsi cairan yang cukup secara teratur.
Penderita kondisi ini perlu mendapatkan pemeriksaan yang lengkap dan mendetail. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah lengkap, kadar gula darah, HbA1C, tes elektrolit, analisa gas darah, EKG, fungsi ginjal dan hati, analisis urine, pemeriksaan zat keton, BUN (Basal Urea Nitrogen), Rontgen dada dan perut, serta CT scan kepala jika terdapat penurunan kesadaran.
Diperlukan penanganan terhadap penyakit yang melatarbelakangi kondisi ini. Perawatan umum dehidrasi pada hiperglikemi hiperosmolar nonketotik perlu segera ditangani dengan berbagai cara seperti pemasangan infus guna memberikan cairan kristaloid isotonik sodium klorida, manajemen dan pengamanan jalan napas, dan obat-obatan. Begitu dehidrasi telah tertangani, tekanan darah akan membaik, begitu juga sirkulasi, kadar gula darah, dan produksi urine.
Pada penderita HHS dengan penurunan kesadaran akan diperlukan tindakan intubasi untuk memasang alat bantu napas guna mengamankan dan mengoptimalkan fungsi pernapasan. Untuk mengendalikan gula darah, akan diperlukan hormon pereduksi gula suntikan melalui infus atau jaringan lemak. Pemberian hormon pereduksi gula untuk menurunkan kadar gula darah dalam kondisi darurat ini harus dilakukan oleh dokter dan dipantau di rumah sakit. Kondisi yang berisiko menyebabkan kematian yang cukup tinggi ini membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif (ICU).
Jika tidak segera ditangani, dehidrasi dapat menyebabkan kejang, koma, bahkan komplikasi yang paling fatal yaitu kematian. Satu dari empat penderita kondisi ini mengalami kejang. Selain itu, takikardia atau jantung berdetak lebih cepat dari biasanya adalah salah satu akibat dehidrasi. Komplikasi lain yang dapat terjadi pada HHS yakni infark miokard atau serangan jantung, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), emboli paru, trombosis vena dalam (DVT), kegagalan fungsi berbagai organ tubuh, dan pembengkakan otak.
Mengelola diabetes agar tidak menjadi parah adalah salah satu langkah awal untuk mencegah hiperglikemi hiperosmolar nonketotik, yaitu dengan memeriksa kadar gula secara teratur, menjalani pola hidup sehat, dan rutin kontrol ke dokter untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Penderita diabetes dan orang di sekitarnya perlu mengetahui tentang penyakit ini dan tanda serta gejala berbahaya yang perlu diantisipasi. Pengetahuan yang baik mengenai penyakit ini akan berdampak baik pada Anda untuk mengenal gejala berbagai komplikasi yang berbahaya guna mendapat penanganan dini yang optimal. Oleh karena itu, berkonsultasilah dengan dokter mengenai diabetes dan segera berobat ke rumah sakit terdekat jika terdapat tanda-tanda bahaya yang menyertai.