Kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan utama bagi wanita di seluruh dunia. Bahkan, angka kejadian penyakit ini terus mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir di berbagai belahan dunia. Data International Agency for Research on Cancer (IARC) GLOBOCAN tahun 2012 mencatat bahwa 1,7 juta wanita terdiagnosis (insidensi) kanker payudara atau sekitar 11,9 persen dari seluruh insidensi kanker. Sedangkan data WHO menunjukkan prevalensi kanker payudara di seluruh dunia mencapai 6,3 juta di akhir tahun 2012 yang tersebar di 140 negara. Di Indonesia data penderita kanker payudara mencapai sekitar 40 kasus setiap 100.000 penduduk pada tahun 2012. Kanker payudara di Indonesia lebih banyak diderita oleh wanita usia muda dan pada tahap yang lebih lanjut.
“NO BRA DAY” atau Hari Tanpa Bra merupakan sebuah kampanye sebagai bentuk solidaritas terhadap para penderita kanker payudara. Kampanye #No Bra Day diperingati setiap tanggal 13 Oktober sejak tahun 2011. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong perempuan untuk melakukan deteksi dini, screening, dan memastikan mereka mengetahui tanda serta gejala kanker payudara.
Gejala dan diagnosa penyakit kanker payudara dimulai ketika adanya benjolan yang tiba-tiba muncul di daerah sekitar payudara. Pemeriksaan lanjutan adalah dengan USG dan Biopsi untuk mengetahui ukuran dan tingkat keganasan sel tersebut. Kanker lain yang menjadi ancaman bagi kaum wanita adalah kanker serviks. Data statistik penderita kanker serviks 2013 menunjukan bahwa Indonesia memiliki jumlah penderita terbanyak di Asia Tenggara dengan jumlah kasus mencapai 15.000 kasus/tahun. Dengan ini dapat diperkirakan bahwa terdapat sekitar 40 kasus baru/hari dengan jumlah angka kematian mencapai 20 kematian/hari (dalam 1 jam terdapat sekitar 1 orang penderita kanker serviks yang mengalami kematian). Kanker serviks 80% terjadi di negara berkembang dan faktor penyebabnya adalah virus HPV (Human Papiloma Virus) khususnya No.16 & 18. Gejala penyakit ini adalah munculnya rasa nyeri yang tidak biasa pada daerah panggul, pendarahan yang abnormal dan keluarnya cairan yang berbau pada daerah kewanitaan. Para wanita sebaiknya melakukan deteksi dini dengan pemeriksaan rutin PAP SMEAR, Test IVA ketika sudah dalam masa sexual active.
Selain kaum wanita kanker juga menjadi ancaman bagi kaum pria yaitu kanker prostat. Menurut data WHO, kanker prostat adalah kasus kanker paling umum urutan kedua pada pria. Diperkirakan sekitar 1,1 juta pria di seluruh dunia didiagnosis menderita kanker prostat dan terdapat 307 ribu kasus kematian pada tahun 2012. Di Indonesia sendiri, kanker prostat. menempati urutan ke-5 sebagai jenis kanker terbanyak, dengan jumlah penderita sebesar 971 orang pada tahun 2011. Kanker Prostat paling banyak diderita oleh pria pada kelompok usia 70 hingga 79 tahun. Diagnosa Kanker Prostat umumnya menggunakan Uji Laboratorium Tes darah. Tes darah ini lebih dikenal dengan tes PSA (prostate-specific antigen atau antigen khusus prostat). Nilai normal Tes PSA adalah pada rentang 4,0 – 10,0 ng/ml. Bagi kaum pria yang terdeteksi Kanker Prostat biasanya nilai PSA akan tinggi dan bahkan bisa mencapai kadar diatas 50 ng/ml dan gejala umum yang sering dirasakan antara lain sulitnya untuk berkemih (buang air kecil), urine tersendat dan nyaris tidak menetes, timbulnya rasa nyeri dan bahkan pada beberapa kasus sampai terdapat darah saat berkemih.
JAMUR DEWA TUNTASKAN KANKER PAYUDARA, SERVIKS, DAN PROSTAT
Sebenarnya 80% infeksi virus penyebab kanker dan progresifitas awal kanker dalam tubuh dapat dilawan sempurna oleh sistem imun kita. Namun semakin banyaknya faktor resiko penyebab kanker yang muncul, pola makan yang tidak sehat, polusi dan cemaran yang semakin meningkat menyebabkan melemahnya sistem imun/daya tahan tubuh dan menyebabkan sel kanker dan infeksi virus lebih mudah berkembang dan tumbuh.
Penggunaan suplemen dan obat herbal aman mampu mengubah kondisi internal tubuh menjadi lebih sehat, serta menguatkan sistem imun dan kekebalan tubuh yang awalnya lemah dan tidak mampu membunuh sel kanker secepat pertumbuhan sel kanker, menjadi mampu menghambat dan menghancurkan pertumbuhan sel kanker secara menyeluruh.
Jamur Agaricus blazei Murill (AbM) mampu mencegah berbagai macam penyakit seperti kanker, tumor, hepatitis, kronis, diabetes, pengapuran pembuluh darah (arterosklerosis) dan hiperkolesterolemia (Hang wang et al, 2013). Ekstrak Jamur Dewa (Agaricus blazeii Murill) menunjukan potensi yang kuat dalam memodulasi dan meningkatkan sistem imun tubuh (Jeong Shal Chung et al, 2011). Penelitian secara in vitro menunjukan bahwa dengan pemberian fraksi polisakarida Ekstrak Jamur Dewa mampu menunjukan adanya penghambatan yang signifikan pada pertumbuhan sel kanker payudara (MCF 7 – Cells). Pada meta analisis dan jurnal review beberapa peneliti terkait jamur medis dan khasiatnya terhadap kanker payudara menunjukan bahwa Jamur Dewa (Agaricus blazei Murill) memberikan efek atau respon yang positif dan mampu mengurangi resiko kanker payudara saat penggunaan jangka panjang (Jiaoyuan Li et al, 2014). Penelitian secara in vitro terhadap potensi antikanker jamur dewa produksi PT. ASIMAS yang dilakukan Misgiati (2012) menunjukan bahwa Ekstrak Jamur Dewa memiliki kemampuan dalam penghambatan pertumbuhan Sel Hela (Sel Kanker Serviks). Suatu senyawa atau ekstrak dikatakan memiliki efektifitas antikanker jika nilai uji sitotoksik IC50 < 1000 µg/ml dan hasil dari uji sitotoksik ekstrak Jamur Dewa (AbM) terhadap pertumbuhan Sel HeLa (kanker Serviks) berada pada nilai IC50 = 194,44 µg/ml. Hal ini memunjukan bahwa Ekstrak Jamur Dewa memiliki efektifitas dan berpotensi menjadi obat kanker serviks.
Uji Praklinis secara in vitro dan in vivo (eksperimen didalam tubuh specimen) jamur AbM terbukti menghambat pertumbuhan dari sel kanker dan meningkatkanaktivitas imun. Pada mencit yang diberi transplantasi (Xenograft) Sel Kanker Prostat (PC3 Tumor Cell) menunjukan bahwa dengan pemberian Ekstrak jamur AbM yang kaya akan β-Glukan mampu meningkatkan jumlah apoptosis Sel PC3 dalam cawan petri secara in vitro, dan menghambat pertumbuhan Xenograft Sel Kanker PC3 tanpa menyebabkan efek samping pada mencit tersebut (Yu et al, 2009). Penelitian pada Beckman Research Institute, Medical Oncologi di California menunjukan bahwa terapi dengan menggunakan Jamur Dewa mampu memberikan harapan bagi penderita kanker prostat dengan nilai PSA yang tinggi. Penelitian tersebut melibatkan 36 pasien pria penderita kanker prostat yang diterapi dengan dosis awal 8 gr sampai 14 gr ekstrak Jamur Dewa secara bertingkat. Dari penelitian tersebut didapatkan lebih dari 1/3 pasien atau sekitar 36% mendapati respon yang baik yaitu penurunan pada kadar PSA dibanding dengan sebelumnya setelah mendapatkan terapi selama 3 bulan. Beberapa pasien juga ada yang mengalami respon yang disebut “Respon Tuntas” dimana nilai PSA turun sangat drastis sampai pada kadar “tidak terdeteksi”. Respon Tuntas ini berlanjut sampai 30 bulan pada salah satu pasien dan 49 bulan pada pasien lainnya. Penelitian ini menunjukan bahwa Jamur Dewa (AbM) memiliki efek yang potensial terhadap pengobatan dan pencegahan Kanker Prostat pada Pria. (Twardowski et al, 2015)
MEKANISME JAMUR DEWA TERHADAP PEMBASMIAN SEL KANKER
Dalam memerangi sel kanker ekstrak jamur dewa (AbM) bekerja dengan beberapa mekanisme kerja. Yang pertama adalah penghambatan pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker tersebut bunuh diri atau dalam istilah medis dikenal dengan suicide program cell / apoptosis cells. Pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali merupakan faktor resiko yang menyebabkan semakin berkembangnya sel kanker tersebut dan berpotensi untuk menyerang atau pindah ke organ lain. Mekanisme kedua adalah dengan merangsang sistem imun tubuh untuk bekerja lebih baik dan efektif. Bekerja lebih baik karena Ekstrak jamur dewa mampu menstimulasi peningkatan jumlah produksi sel darah putih seperti makrofag, NK Cell, untuk menyerang langsung sel kanker. Selain itu kandungan kandungan Ekstrak Jamur Dewa khususnya polisakarida 1,3 β-D-Glucan dan 1,6 β-D-Glucan mampu merangsang sel darah putih untuk memproduksi antigen yang mampu menempel secara spesifik pada sel kanker sehingga meningkatkan deteksi terhadap sel kanker dan menjadikan pengobatan dan kerja sistem imun lebih efektif untuk membasmi sel kanker dan meminimalisir efek samping terhadap sel normal.
(Kobayashi et al., 1995; Ooi et al., 2000; Yazawa et al., 2000; Kimura et al, 2004; Itoh et al, 1994). (Fuma Aji Putra Pratama)